COVID-19 sudah mengubah seluruh aspek kehidupan kita, baik secara ekonomi, sosial, begitu halnya pendidikan. Seiring dengan diterbitkannya pula Surat Edaran (SE) No.4 tahun 2020 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran COVID-19, proses pembelajaran dilakukan dari rumah (Belajar Dari Rumah / BDR) secara daring maupun luring.
Hasil survei Mei-Juni 2020 secara daring oleh Kemendikbud dan kerjasama dengan UNICEF, dari 3,4% peserta didik yang tidak dapat mengikuti BDR (masih belajar penuh di sekolah atau belajar bergantian sekolah-rumah) memang berada di wilayah 3T dan tidak terdampak COVID-19. Selebihnya, 96,6% peserta didik dapat mengikuti sistem pembelajaran BDR. Saat ini belum ada penelitian yang secara tepat dapat menggambarkan tingkat efektivitas BDR ini. Tapi dari persoalan yang naik ke permukaan, seperti koneksi internet yang buruk, bahkan belum adanya akses listrik, meski wilayahnya bukan termasuk 3T; tidak semua peserta didik/keluarganya memiliki perangkat, baik HP atau TV/Radio; biaya-biaya yang menjadi beban seperti kuota internet/pulsa; kesulitan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), dialami tidak hanya oleh guru dan siswa, tapi juga orang tua; sarana/prasarana sekolah yang tidak siap terhadap pandemi, dsb. Namun demikian, persoalan-persoalan tersebut sebenarnya dapat menjadi efek domino yang mungkin bisa jadi hal yang baik untuk pendidikan Indonesia nantinya. Seperti di antaranya, peningkatan akses belajar mengajar; anggaran pendidikan; peran orang tua, masyarakat, serta penyederhanaan kurikulum; dan target sarana sanitasi dalam SDGs.
Hasil PISA 2018 menggambarkan kesenjangan kualitas pendidikan antar daerah di Indonesia. Jakarta dan Yogyakarta mempunyai kualitas relatif lebih baik dibanding dengan daerah lainnya seperti terlihat pada Tabel 1. Akses terhadap materi belajar mengajar sesuai praktik baik menjadi salah satu kendala dalam pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan adanya pandemi, pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur internet di seluruh Indonesia. Hal ini nantinya bisa menjadi batu loncatan untuk daerah-daerah yang kesulitan akses praktek pembelajaran yang baik, baik itu dari akses pelatihan guru, materi ajar, dll.
Selama ini, 63% anggaran Pendidikan di Indonesia disalurkan melalui pemerintah daerah. Kemendikbud awal tahun 2020 melakukan terobosan dengan menyalurkan BOS langsung ke sekolah, hal ini terbukti membantu sekolah lebih cepat beradaptasi ketika kebutuhan sekolah harus berubah, seperti untuk membeli kuota internet di saat pandemi. Selanjutnya apakah mungkin selain BOS, anggaran pendidikan lain seperti DAK Fisik dan DAU disalurkan langsung ke sekolah untuk keefektifan penggunaan anggaran.
Kurikulum 2013 menyiratkan pentingnya peran orang tua dalam proses pembelajaran anak. Sejak diterapkannya kurikulum tersebut hingga saat ini, upaya untuk melibatkan peran orang tua masih menjadi pekerjaan rumah semua pihak. Bisa jadi sebenarnya masa pandemi ini merupakan kesempatan bagi pemerintah untuk menegaskan kembali pentingnya meninjau kembali konstruksi kurikulum yang berlaku saat ini, dengan tetap mengupayakan peran aktif orang tua dan masyarakat.
Setelah BDR, pemerintah mulai membuka sekolah di beberapa zona hijau dan kuning COVID-19. Salah satu persyaratan pembukaan sekolah adalah adanya sanitasi yang layak. Sanitasi merupakan target SDGs (Sustainable Development Goals) yang laju pemenuhannya lambat dari tahun ke tahun. Dengan adanya pandemi, seharusnya menjadi momentum pemerintah untuk mendorong pencapaian target SDGs lebih cepat melalui kegiatan pemerintah sendiri maupun peran swasta dan masyarakat untuk berperan dalam penyediaan fasilitas sanitasi di sekolah.
Walaupun Covid-19 memberikan akibat buruk yang luar biasa, akan tetapi ada hikmah bagi akselerasi sebagian komponen pendidikan seperti peningkatan akses belajar daring bagi guru dan siswa, penggunaan anggaran yang lebih efektif, peningkatan peran orang tua dan masyarakat, penyederhanaan kurikulum, serta peningkatan fasilitas sanitasi di sekolah.
Jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang tulisan ini, silakan menghubungi IDeA untuk kesempatan memperoleh konten yang lebih lengkap atau menjadwalkan diskusi terkait topik tersebut. Permintaan konten/diskusi akan ditinjau satu per satu.